Powered By Blogger

Sabtu, 25 Juni 2011

BAHAYA HASAD DAN KIAT MENGHINDARINYA

Allah memberikan nikmatNya tidak sama pada semua hambaNya, ada yang diberi banyak dan ada yang sedikit. Semua itu untuk menguji para hambaNya dalam kehidupan dunia ini. Ujian ini bagaikan api membersihkan dan memisahkan emas dari campurannya. Sehingga dengan ujian ini dapat terlihat mana yang benar-benar beriman dan yang tidak. Oleh karena itu janga sampai kita kalah dalam ujian tersebut.

Adam Vs. Iblis

Karena perbedaan inilah, sering timbul sifat-sifat jelek hamba Allah terhadap yang lainnya. Lihat awal perseteruan Adam dan iblis, ketika Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam disebabkan perasaan hasadnya terhadap Adam. Ia merasa Allah tidak adil dalam perintah tersebut, bagaimana tidak? –menurut Iblis-. Ia yang lebih baik dan pantas dari Adam mendapat kemuliaan tersebut, kok malahan diminta sujud padanya, sampai ia mengatakan (yang artinya):
Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al A’raf: 12)
Perseteruan itu ada disebabkan hasad kepada Adam yang telah Allah muliakan. Akibatnya Allah kutuk Iblis dan menjadikannya musuh anak Adam sampai hari kiamat.
Demikian juga permusuhan orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum mukmin dari keimanan, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya (yang artinya):
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah: 109)

Apa itu Hasad?

Hasad atau dengki adalah sifat seseorang yang tidak suka orang lain lebih darinya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah baik dengan keinginan kenikmatan tersebut hilang darinya atau tidak, bila disertai perasaan ingin menghancurkan milik orang lain maka ini merupakan hasad tingkat tinggi dan paling jelek, seperti hasadnya Iblis kepada Adam.
Sifat hasad ini dapat digambarkan dengan contoh, misalnya tetangga kita memiliki kelebihan harta benda, atau anak atau istri yang cantik jelita atau memiliki kedudukan dan nama baik dimasyarakat, lalu kita iri dan dengki kepadanya, baik berusaha jelek merusaknya ataupun tidak. Sifat hasad ini dapat membuat orang berbuat zhalim kepada tetangganya, bahkan juga menggosipi dan menjelek-jelekkannya didepan orang lain. Tentu ini akan menjadikan suasana bermasarakat yang tidak kondusif dan buruk sekali.

10 Bahaya Hasad
Hasad sangat berbahaya sekali, diantara bahayanya adalah:
  1. Hasad merupakan sifat orang yahudi yang Allah laknat, sehingga siapa yang memilikinya berarti telah menyerupai mereka. Allah berfirman tentang hal ini (yang artinya) :”Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar“. (QS. Al Maidah:54)
  2. Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:”Tidak sempurna iman salah seorang kalian sampai cinta untuk saudaranya seperti cinta untuk dirinya“. (HR. Bukhari, no.13, Muslim no. 45) Bahkan lebih dari itu orang yang hasad sangat bahagia dan senang bila saudaranya celaka dan binasa.
  3. Ada dalam sifat hasad ini ketidak sukaan terhadap taqdir yang Allah berikan kepadanya, sebab siapa yang memberikan nikmat kepada orang lain tersebut? Tentu saja Allah. Seakan-akan ia ingin ikut berperan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasa bahwa ia lebih pantas mendapatkan nikmat tersebut dari orang lain.
  4. Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu penasaran dan duka serta hatinya terbakar api hasad tersebut.
  5. Menimbulkan sekap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain
  6. Hasad memakan dan melumat kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api memakan dan melumat kayu bakar yang kering. Ini yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:”Jauhkanlah (oleh kalian) dengki (hasad) karena ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR. Abu Daud no.4903, di-hasan-kan Ibnu Hajar Al Asqalani di Takhrij Al Misykah 4/450)
  7. Menyusahkan diri sendiri sebab ia tidak mampu merubah sedikitpun takdir Allah. Allah telah memberikan nikmat pada orang lain dan tidak akan tercegah dan terhalangi oleh ulah orang yang hasad tersebut. Walaupun ia telah berusaha dengan mencurahkan seluruh kesungguhan dan kemampuannya tidak akan mungkin merubah takdir Allah yang sudah ditetapkan. Sehingga semua usahanya hanyalah sia-sia belaka.
  8. Hasad mencegah pemiliknya dari berbuat amal kebaikan dan kemanfaatan. Hal ini karena ia selalu sibuk dengan memikirkan dan melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan bagaimana cara menghilangkannya.
  9. Hasad dapat memecah persatuan, kesatuan dan persaudaraan kaum muslimin. Memang demikian, karena itulah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah saling hasad dan berbuat najasy dan janganlah saling bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kalian bersaudara“. (HR. Muslim no.2559)
  10. Hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, apalagi bahagia. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya. Padahal mesti ada orang ;ain yang memiliki kelebihan darinya.
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang kita melakukan perbuatan hasad ini. Alangkah mengerikan bahaya dan kerusakan yang timbul dari dengki (hasad) ini. Oleh karena itu marilah kita berusaha menanggalkan dan menghilangkannya dari diri kita.

10 Kiat Menghindari dan Mencegah Sifat Hasad

Setelah mengetahui bahayanya, tentunya kita harus berusaha menghindari dan manjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Untuk itu perlu melihat kiat-kiat berikut ini:
  1. Belajar dan memahami aqidah islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syari’at serta nmengamalkannya. Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Qur’an dan Hadits.
  2. Memahami dengan benar konsep takdir menurut syari’at Islam, sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rizqi serta yang lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir Allah.
  3. Meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkanNya. Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya.
  4. Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at islam.
  5. Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akherat yang kekal abadi, sebagaimana firman Allah (yang artinya) :”Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)“. (QS. Yunus: 24-25)
  6. Selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya.
  7. Selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya, sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia. RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari, no.13, Muslim no. 45).
  8. Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik yang mengingatkan dan menasehatinya.
  9. Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kezhaliman dan kerusakan yang ditimbulkan hasad tersebut.
  10. Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa.
Mudah-mudahan dengan selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan sifat hasad ini kita semua dimudahkan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Kamis, 23 Juni 2011

ORANG BIASA MASUK SURGA....

Kepada Anas bin Malik, Rasulullah SAW menyampaikan kabar gembira bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga. Mendengar berita yang diyakini kebenarannya tersebut, Anas segera melakukan persiapan untuk menyambutnya.
----------

Kepada Anas bin Malik, Rasulullah SAW menyampaikan kabar gembira bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga. Mendengar berita yang diyakini kebenarannya tersebut, Anas segera melakukan persiapan untuk menyambutnya. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki Anshar, tanpa banyak bicara. Lelaki itu pada keesokan harinya datang untuk kali yang kedua, begitu juga pada hari yang ketiga.

Abdullah yang dari sejak awal penasaran terhadap tamunya Anas bin Malik tersebut menguntit dari belakang. Ia ingin tahu banyak tentang lelaki yang disebut Rasulullah SAW sebagai penghuni surga. Untuk maksud tersebut, ia bahkan minta izin beberapa lama untuk tinggal, menginap di rumahnya. Setelah mendapat izin, ia tak sedikitpun melepaskan perhatiannya kepada sosok Abdullah, mulai dari pekerjaannya, amalan kesehariannya, kebiasaan sehari-harinya, maupun karakter dan kepribadiannya.

Setelah tiga hari mengamati, ternyata Abdullah tidak menemukan sesuatu yang istimewa. Lelaki Anshar itu biasa-biasa saja, kecuali bahwa ia menjalankan shalat secara baik dan perkataannya selalu benar. Demikian halnya dengan shalat malamnya, lelaki itu hanya bangun tak lebih dari yang dilakukan oleh Anas bin Malik. Merasa tidak berhasil melakukan pengamatan secara benar, maka kepada lelaki Anshar tersebut, Abdullah berterus terang menyampaikan penyamarannya, “Bahwa aku menginap di rumahmu semata-mata karena keinginan tahuku tentang amalan besar apakah yang engkau lakukan hingga aku ingin meneladanimu. Terus terang sampai saat ini aku belum menemukan sesuatu, padahal engkau telah mendapatkan derajat yang tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi. Mungkin Anda punya rahasia?”

“Tidak ada rahasia pada diri dan pekerjaanku,” jawab lelaki itu dengan terus terang.
“Bisa Anda jelaskan hal-hal yang tidak aku ketahui?” desak Abdullah
“Sungguh, tidak ada yang istimewa pada diriku kecuali yang telah kamu perhatikan selama ini di sini,” kata lelaki itu menegaskan.
“Barangkali masih ada yang lainnya?” Abdullah kembali penasaran
“Aku tidak memiliki keistimewaan apapun, kecuali bahwa aku tidak pernah menyimpan hasrat dalam hati untuk menipu sesama dan menaruh rasa dengki kepada seseorang lantaran kebaikan yang telah diberikan Allah kepadanya,” kata lelaki itu merendah.

Mendengar jawaban lelaki itu, Abdullah berkata, “Inilah yang telah mengangkat derajat Anda menjadi penghuni surga sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw”.

Kasih sayang Allah meliputi segala makhluk-Nya, baik ketika hidup di dunia maupun di akherat. Allah memberi surga tidak terbatas orang-orang tertentu yang mempunyai kedudukan istimewa saja. Orang-orang biasa yang melakukan amalan biasa-biasa saja dapat pula menikmati surga sebagaimana yang dijanjikan-Nya. Allah tidak rakus pujian, tidak juga sesembahan. Persembahan seorang hamba manfaatnya semata-mata untuk hamba tersebut.

Kekuasaan dan kebesaran-Nya tidak bertambah sedikitpun jika disembah oleh seorang hamba. Sebaliknya, kebesaran dan kekuasaan-Nya tidak berkurang sedikitpun jika sekiranya seluruh ummat manusia menentang dan menyekutukan-Nya.Orang-orang biasa yang amalan ibadahnya standar saja bisa menjadi penghuni surga, sebagaimana kisah di atas, asal keberhajaan ibadahnya disempurnakan dengan akhlaqul karimah.

Di akherat kelak, amalan yang timbangannya amat berat adalah akhlaq, sebagaimana sabda Rasulullah:“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlaq yang baik.” (HR. Abu Dawud)
Akhlaq inilah yang pada hari akherat banyak membantu manusia memperoleh surga. Sebaliknya karena akhlaq pula banyak orang yang ketika di dunia sangat aktif beribadah justru tergelincir mencicipi neraka. Mereka inilah yang disebut-sebut dalam hadits Rasulullah saw sebagai orang yang bangkrut.

Tentang hal itu Rasululah saw menegaskan, “Tahukah kamu yang disebut orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi saw lalu berkata, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku ialah yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dang ganti tebusan atas dosa-dosanya, maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka”. (HR. Muslim)
Masih banyak kita dapati orang-orang yang apabila diperhitungkan amalan ibadahnya sungguh sangat mengagumkan, akan tetapi sayang sekali mereka masih kurang peduli terhadap masalah akhlaq. Hubungan dan interaksi sosialnya sangat buruk. Di sana ia masih memendam rasa iri, hasut dan dengki. Kadang-kadang tak bisa melepaskan dari dari ghibah, fitnah, bahkan namimah.

Menuduh sesama muslim dengan tuduhan yang amat keji, misalnya sebagai ahli bid’ah, ahli maksat, bahkan musyrik dan kafir. Padahal penilai yang sebenar-benar dan seadil-adilnya hanyalah Allah SWT.

Bukankah mereka juga membaca hadits Rasulullah saw:“Berhati-hatilah terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah seburuk-buruk ucapan yang paling bodoh.” (HR.Bukhari)
Sungguh, masih beruntung orang yang diceritakan dalam kisah di atas. Meskipun ibadahnya pas-pasan tapi karena akhlaqnya baik, tidak pernah mempunyai niat untuk menipu orang lain dan tidak juga iri dan dengki kepada sesamanya atas pemberian Allah yang diberikan kepadanya, maka ia digolongkan, bahkan dijamin Rasulullah saw sebagai penghuni surga. Suatu kedudukan yang sangat istimewa. Golongan inilah yang kelak di akherat justru paling dekat tempat duduknya dengan Rasulullah saw di surga. Rasulullah saw menegaskan, ”Orang yang paling dekat denganku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaqnya dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha)

Berkaitan dengan masalah ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabari, bahwa Ummu Salamah, isteri Rasulullah saw pernah bertanya kepada Nabi saw perihal isteri yang mempunyai beberapa orang suami. Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah, seorang perempuan dari kami ada yang nikah dua, tiga, dan empat kali (karena suaminya mati) lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah yang akan menjadi suaminya kelak di surga?” Nabi saw menjawab, “Dia disuruh memilih dan yang dipilih adalah yang paling baik akhlaqnya dan berkata, Ya Rabbku, orang ini ketika di dunia paling baik akhlaqnya kepadaku, maka kawinkanlah aku dengannya”.

Masih dalam riwayat yang sama, Rasulullah kembali menegaskan: “Wahai ummu Salamah, akhlaq yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan di dunia dan akherat”. Bagian akhir dari tulisan ini, ada dua akhlaq yang dapat mengangkat seseorang sampai pada posisi puncak sebagai penghuni surga walaupun pada dasarnya orang tersebut tergolong biasa-biasa saja, terutama dalam ibadahnya. Pertama, hindari rasa ingin memusuhi sesama. Jangan ada sedikitpun keinginan untuk memfitnah, mencaci, menyakiti, membicarakan aibnya, ataupun memusuhinya. Jauhkan pada diri Anda untuk berburuk sangka, mencari-cari kekurangan dan aib sesama. Sebaliknya berbuat baiklah kepada semua orang, karena kebaikan itu akan menjadi modal kebaikan dalam hidup dunia dan akherat.Kedua, hindari hasud dan dengki. Perbuatan ini sangat berbahaya dan membahayakan orang lain. Rasulullah saw menegaskan, “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
sumber :  http://www.hidayatullah.com/

Jalan Terdekat Menuju Surga


Bismillahirrahmanirrahim

Surga…negeri indah yang jauh di mata, tapi setiap jiwa mengharapkannya. Ada yang berusaha sungguh-sungguh, ada pula yang jatuh bangun untuk mendapatkannya. Tapi…adapula yang putus asa, sehingga membiarkan dirinya tenggelam dalam kubangan dosa. Mengapa? Karena, ia merasa jalan ke surga itu sulit, melelahkan serta banyak rintangan.


Sungguh, wahai kawan yang hampir putus asa, atau telah berputus asa, dan kawan-kawan yang tak ingin berputus asa, telah ku dapati percakapan penuh nasehat dalam tulisan yang singkat, tentang jalan paling mudah dan dekat menuju surga…

Inilah percakapan yang ku maksud…

Si Fulan bertanya pada temannya,
“Wahai saudaraku tercinta! Apakah engkau menginginkan surga?”

Temannya menjawab,
“Siapakah dari kita yang tidak ingin masuk surga? Siapa di antara kita yang tak ingin mendapatkan kenikmatan yang kekal abadi? Dan siapakah di antara kita yang tak ingin merasakan kesenangan yang kekal, serta kelezatan-kelezatan yang terus menerus, yang tak kan lenyap dan tak pula terputus?”

Si Fulan berkata,
“Kalau begitu…maka mengapa engkau tak beramal shalih yang dapat menyampaikanmu ke surga?”

Temannya menjawab,
“Sesungguhnya jalan ke surga itu sulit, panjang, penuh rintangan dan duri. Sedangkan diriku ini lemah, tak dapat aku bersabar atas kesulitan dan kesusahan yang terdapat di jalan itu.”

Si Fulan berkata,
“Saudaraku…jika engkau merasa tidak dapat bersabar dalam mentaati perintah-perintah Allah, serta bersabar untuk menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat selama di dunia, lalu bagaimana engkau akan bersabar jika nanti di akhirat engkau menjadi penghuni neraka Jahannam?! semoga Allah melindungi aku darinya.”

Temannya menjawab,
“Inilah yang mempengaruhiku dan menjadikanku bimbang dalam urusanku. Akan tetapi, aku tidak mengetahui apa yang harus kulakukan dan dari mana aku harus memulainya…. Dan sungguh aku telah terlanjur terjerumus ke jalan maksiat dan hal-hal yg diharamkan.”

Si Fulan berkata,
“Aku akan menunjukkan padamu jalan pintas yang akan menyampaikanmu ke surga. Dan jalan ini adalah jalan yang mudah, tidak ada kesulitan maupun usaha yang berat di dalamnya.”

Temannya berkata,
“Tunjukkan padaku jalan itu, semoga Allah merahmatimu. Sungguh aku selalu ingin memngetahui jalan yang mudah itu.”

Si Fulan berkata,
“Jalan yang dimudahkan ini, dijelaskan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Al-Fawaaid”, dimana beliau berkata,
’Marilah masuk ke surga Allah…serta berdekatan denganNya di Negeri Keselamatan…tanpa ada letih…tanpa ada kesulitan…dan tanpa ada susah payah…bahkan melalui jalan yang terdekat dan yang termudah…’
’Sesungguhnya, engkau saat ini sedang berada pada satu masa di antara dua masa…dan pada hakikatnya masa itu adalah umurmu…yaitu dimana saat ini engkau ada…di antara masa yang telah lalu dan masa yang akan datang…’
’Adapun masa yang telah lalu…maka ia diperbaiki dengan taubat, penyesalan serta permohonan ampun…dan itu bukanlah sesuatu yang sulit bagimu…serta tidak memerlukan amal-amal yang berat…karena sesungguhnya ia hanyalah amalan hati…’
’Dan pada masa yang akan datang…berusahalah menjauhi dosa-dosa…
dan usahamu untuk menjauhi dosa itu adalah hanya berupa usaha untuk  meninggalkan dan bukanlah ia merupakan amalan anggota badan yang menyusahkanmu karena sesungguhnya ia hanyalah berupa kesungguhan serta niat yang kuat…yang akan menyenangkan jasadmu, hatimu serta rahasia-rahasiamu…’

“Apa yang terjadi pada masa lalu, diperbaiki dengan taubat…dan di masa mendatang diperbaiki dengan penghindaran (dari yang haram) dengan kesungguhan serta niat… dan tidak ada kesusahan bagi anggota tubuh atas dua usaha ini.”

“Akan tetapi, yang terpenting dalam masa kehidupanmu adalah masa di antara dua masa (yaitu dimana saat ini engkau berada). Jika engkau menyia-nyiakannya maka engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan kesuksesanmu. Namun, jika engkau menjaganya dengan perbaikan dua masa, yaitu masa sebelum dan sesudahnya, dengan cara yang telah disebutkan…maka engkau akan selamat dan menang dengan mendapatkan kelapangan, kelezatan serta kenikmatan…”

Maka, inilah jalan ke surga yang mudah itu….
Bertaubat atas apa yang telah lalu kemudian beramal sholeh serta meninggalkan maksiat pada masa yang akan datang.

Si Fulan menambahkan,
Dan kusampaikan pula padamu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” maka shahabat bertanya, siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? Nabi menjawab, “Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan” (HR Al-Bukhari)

Dan juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
“Surga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan dekatnya tali sendalnya terhadapnya, demikian pula dengan neraka.” (Muttafaqun ‘alaih).
***

Diterjemahkan dari Buletin Aqrabuthariq Ilal Jannah, Edisi 131, Madarul Wathan, Riyadh, KSA oleh Tim Penerjemah Muslimah.or.id
Murojaah: Abu Mushlih Ari Wahyudi