Powered By Blogger

Jumat, 17 Februari 2012

Memaknai Kembali Pertemuan Tarbawi Kita

Ikhwah fillah, alhamdulillah saat ini Allah masih memberikan rahmat kepada kita, dengan hidayah iman, islam, serta dakwah dan tarbiyah. Sungguh nikmat iman dan islam, apatah lagi nikmat dakwah dan tarbiyah bukanlah nikmat yang kemudian Allah berikan kepada seluruh hambaNya. Diantara sekian banyak manusia di muka bumi ini, hanya sebagian yang muslim. Diantara yang muslim tersebut, hanya sebagian lagi yang mengenal islam dengan utuh. Diantara yang mengenal islam dengan utuh tersebut, hanya sebagian lagi yang diberikan kesempatan untuk menjadi jundi Allah, mengenal dakwah dan tarbiyah islamiyah. Maka bersyukurlah, bahwa kita masih diberikan nikmat yang luar biasa ini.
Ikhwah fillah, salah satu hal yang membuat dakwah ini mengalami kerapuhan adalah lemahnya tarbiyah islamiyah diantara para aktivis dakwah. Ini adalah bahaya laten yang mengancam gerakan secara nyata, dan menimbulkan efek yang permanen.  Lemahnya tarbiyah mengancam gerakan tidak dengan tiba-tiba. Ia seperti virus yang melumpuhkan sistem kekebalan sedikit demi sedikit. Bahayanya dirasakan tetapi tidak langsung dan berlahan-lahan. Hal inilah yang membuat banyak aktivis dakwah lengah terhadap bahaya yang satu ini.
Padahal sistem tarbiyah ini dirancang tidak dengan main-main. Ia adalah cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata), maupun tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan perangkatnya yang khas) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik, begitulah ustadz al abdul halim mahmud mengingatkan.  Pada saat ini alhamdulillah, perangkat-perangkat tarbiyah sudah semakin lengkap. Di lingkungan kampus perangkat-perangkat yang mencakup : halaqah, mabit/jalasah ruhiyah, mukhayyam, daurah dan perangkat-perangkat lainnya, rutin sudah dilaksanakan. Akan tetapi sudah benarkah pemaknaan kita akan setiap pertemuan tarbawi tersebut !?
Ikhwah fillah yang semoga selalu dalam rahmat dan kasih sayang-Nya. Saat ini banyak sekali ditemukan fenomena bahwa agenda-agenda tarbawi tidak lagi menjadi sesuatu yang dirindukan. Ianya ada tetapi miskin ruh dan semangat. Peserta yang datang hanya sekedar duduk, mendengarkan, untuk kemudian pulang. Tidak ada “oleh-oleh” penyegaran jiwa, pengetahuan baru, dan semangat yang bergejolak setelah datang pada agenda-agenda tarbawi. Akibatnya agenda tarbawi sepi peminat, dan lemah semangat.
Melihat fenomena yang demikian, izinkanlah saya berbagi nasehat dari masa lalu. Nasehat yang semoga menyegarkan kembali pemaknaan kita terhadap agenda-agenda tarbawi. Berikut adalah salah satu ceramah Syaikh Hasan Al-Banna, tentang hakikat pertemuan tarbawi.  Bacalah !! semoga bisa menjadi pengingat bagi kita akan hakikat agenda-agenda tarbawi yang kita laksanakan. Beliau memulai ceramahnya dengan salam dan kemudian melanjutkan dengan hadist Rasulullah SAW :
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca dan mempelajari kitab Allah secara bersama-sama, kecuali mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan disebut Allah di hadapan para malaikat di sisiNya. Barang siapa  lambat dalam beramal, nasabnya tidak dapat menyempurnakannya”
Wahai akhi, setiap kaum yang berkumpul di tempat mulia, membaca dan mempelajari kitab Allah bersama-sama niscaya Allah SWT meliputi mereka, ketenangan dari sisi Allah turun kepada mereka, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisiNya.
Ikhwan sekalian, saya ingin memberitahu anda tentang perasaan yang saya rasakan dan tentang apa yang seharusnya dilakukan, karena tujuan kajian ini bukanlah sekedar untuk mendapatkan informasi ilmiah atau ruhiyah semata. Ikhwan sekalian dari pertemuan ini saya tidak bermaksud mengemukakan banyak hakikat ilmiah kepada anda semua agar anda bisa mengerti dan tidak bermaksud mempengaruhi jiwa anda semua, karena pada akhirnya pengaruh itu pasti muncul pada siapa saja yang mendengarkan dan merenungkan kitab Allah SWT. Saya tidak bermaksud mewujudkan kedua hal ini semata, tetapi saya bermaksud mendapatkan manfaat nyata , yaitu agar perjumpaan kita dalam kajian ini bisa dijadikan sarana untuk saling mengenal, menjalin hubungan, agar sebagian akrab dengan sebagian yang lain dan sebagian kita berbahagia berjumpa dengan sebagian yang lain. Sehingga jiwa kita saling akrab, hati saling bertaut, pikiran kita saling mengasah dan agar dalam kajian dan pertemuan ini kita bisa terus-menerus mengkaji banyak  atau sedikit dari aspek-aspek ilmiah yang berkaitan dengan diri kita.
Ikhwan tercinta, dengan pertemuan ini saya ingin membuka kesempatan untuk saling memahami dan mengenal, maka hendaklah anda semua berusaha mewujudkannya. Percayalah kepada saya, bahwa saya merindukan kajian ini, sekalipun kadang-kadang saya tidak punya hasrat untuk berbicara, tetapi mungkin saat berlangsungnya acara kajian ini adalah saat jiwa ini bersih. Barangkali jiwa ini bisa berpaling dan mengendur, tetapi percayalah kepada saya, ikhwan sekalian, bahwa saya merindukan saat ini, di hari ini, dengan kerinduan yang luar biasa. Saya menunggu-nunggu saatnya tiba. Bertanya dan saling memahami adalah perbuatan yang pahalanya lebih besar di sisi Allah daripada belajar. Nabi kita pernah bersabda :
Kalian tidak akan masuk syurga sehingga kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling cinta
Seorang mukmin adalah orang yang berhati nurani, berperasaan dan hidup. Hatinya kaya raya. Wahai akhi seorang mukmin adalah seorang yang lemah lembut dan ramah dimanapun ia berada. Kemanakah curahan hati orang-orang yang beriman ini diarahkan ??
Allah SWT telah menjadikan sasaran dari curahan hati ini untuk pertama kali menuju dzat-Nya, kemudian kepada RasulNya, lalu kepada kebaikan dan kemudian kepada orang-orang yang beriman. Inilah tempat-tempat yang harus dijadikan sasaran curahan hari seorang mukmin. Kita harus senantiasa mengupayakan tegaknya cinta kepada Allah, dan cinta kepada RasulNya. Mengupayakan kebaikan, serta mencari kawan, saudara dan orang dicintai karena Allah.
Saya kembali ingin menegaskan, ikhwan sekalian, bahwa kajian kita tentang kitab Allah SWT dimaksudkan agar hati seorang mukmin berorientasi kepadanya, agar terjadi hubungan yang sejati antara hati yang satu dengan hati yang lain, dan antara hati orang-orang yang beriman.
Wahai akhi, ketika hati berhasil mengetahui rahasia-rahasia kitab Allah yang sebelumnya tidak pernah  disingkapnya dan berhasil mencapai ilmu yang bermanfaat, yang jauh dari sikap berlebihan orang-orang sufi atau perdebatan para ahli debat, maka ketika itu wahai akhi, Allah mengkaruniakan kepada anda pemahaman yang paling mendalam, tasawuf yang paling bersih, serta tauhid yang paling luhur dan tinggi.
Tujuan pertemuan kita ini bukanlah menyerap ilmu semata, tetapi juga untuk mengikatkan hati kita kepada kitab Allah. Yakinlah bahwa Nabi kita SAW mendidik generasi yang sempurna ini tidak dengan banyaknya ilmu dan pengetahuan, tetapi dengan membersihkan hati dan jiwa mereka, sehingga mereka menjalin hubungan dengan Al-Mala’ul A’la dan Allah memberikan hikmah kepada mereka. “Dan barang siapa dikaruniakan hikmah, maka sungguh ia telah diberi banyak kebaikan (QS 2 : 269)
Ikhwan sekalian nabi SAW tidak mempunyai kurikulum selain al-Quran, tidak mempunyai lembaga pendidikan selain masjid. Murid-murid beliau adalah abu bakar, umar, ustman, ali, dan para sahabat beliau yang lain, yang setara dengan mereka. Apakah anda pernah melihat lembaga pendidikan lain yang lebih bersih dan lebih baik daripada lembaga beliau ini ? yang didalamnya para siswa duduk dihamparan kerikil; universitas mereka beratapkan pelepah kurma dimana hujan yang turun bisa membasahi tubuh mereka ; kurikulum mereka adalah al –Quran dan mereka senantiasa menunggu datangnya dari langit.
Dari lembaga pendidikan ini, ikhwan sekalian, telah diuluskan guru-guru paling sempurna yang pernah dikenal oleh dunia, dalam segala bidang keutamaan manusiawi. Penggemblengan dan pendidikan ini hanya dilaksanakan berdasarkan kitab Allah SWT yang tidak dapat disentuh oleh kebatilan, baik dari muka maupun belakangnya.
Ikhwan sekalian, alangkah perlunya kita kepada sebuah universitas semacam universitas beliau ini, mimbar sebagaimana mimbar Rasulullah SAW yang di dalamnya rahmat turun, ayat-ayat dibacakan cahaya rabbul alamin dipancarkan. Dari situ dilahirkan para guru, bahkan mahaguru. Betapa perlunya kita menjalin hubungan yang sungguh-sungguh dan terus menerus dengan Al-Quranul Karim.  Betapa perlunya kita memahami metode yang dipahami oleh para sahabat Rasulullah ini.
Saya senang mengulang pernyataan ini, agar tidak dipahami bahwa kita bermaksud mengadakan perdebatan . Yang menjadi tujuan kita adalah agar kita mengerti bagaimana kita mengarahkan pandangan tentang kitab Allah SWT.
Demikianlah ikhwan sekalian…
Begitulah yang bisa kita baca dalam rekaman Syaikh Hasan Al Banna dalam salah satu pertemuannya. Disana kita bisa menangkap semangat bahwa agenda-agenda tarbawi yang kita kelola ataupun yang kita lakukan jauh dari kesan formalitas. Bagaimana jiwa yang bercahaya dan kehangatannya melimpah ruah dapat dibentuk dalam forum formalitas yang beku !?
Akhir kata, marilah sama-sama kita renungi hakikat dari tarbiyah islamiyah sedang kita jalani ini. Pahami hakikat dari setiap perangkat yang ada. Dan berusahalah untuk selalu menghidupkan forum-forum tarbawi, baik yang kita kelola maupun yang kita terlibat sebagai peserta di dalamnya.
Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW.